- Rasa khas Solo
Masakan yang kami hasilkan memiliki rasa khas Warung Makan Thengkleng Jito Dlidir ( Kadipiro, Solo ), yang sudah berdiri (kira-kira) sejak tahun 2005 kemarin. Jadi, pasien Anda tidak perlu khawatir tentang rasa masakan aqiqah yang akan dibagi -bagikan kepada tetangga ,teman dekat pasien Anda dan panti asuhan, insyaAllah.
Salah satu masakan yang kami buat adalah tengkleng. Tengkleng adalah sejenis gulai encer yang berisi tulang - tulang kambing dari seluruh bagian tubuhnya, khususnya bagian kepala. Alkisah, Tengkleng ini dulunya adalah “Soup for the Poor”. Pada jaman dulu, hanya toean dan noni Belanda yang bisa makan gulai daging dengan kuah kental. Sementara kaum kuli dan rakyat jelata hanya bisa melihat mereka makan. Sisa-sisa bagian kambing selain daging, yaitu tulang-belulang dan jeroan, dibuang oleh para orang kaya. Dan para kuli mengambil sisa-sisa tulang tersebut lalu merebusnya dengan kuah encer yang minimalis. Bertahun-tahun kemudian, tengkleng menjadi semakin terkenal dan justru meluas jadi makanan seluruh lapisan masyarakat. Sampai sekarang Tengkleng menjadi masakan tradisi khas Solo ( warisan kuliner Solo ) yang disajikan di berbagai kalangan.
Kambing kami juga berasal dari petani lokal seperti wonogiri, klaten, sragen boyolali, karanganyar dan sukoharjo. Bagi mereka bertani dan beternak kambing tidak sekedar menggarap lahan, memberi pakan lalu mengambil hasilnya, namun sebuah rangkaian komperehensif segala bidang yang tersinergikan dalam kegiatan beternak dan bercocok tanam. Rangkaian itu terdiri dari komponen etos kerja, hubungan sosial, seni mengelola lingkungan, tanggung-jawab, kesabaran, hingga spiritualitas. Ini adalah kemewahan cara hidup - melihat kehidupan - dan menjalani kehidupan. Bagai lukisan, kemewahan bukan terletak pada warna tinta, tapi bagaimana torehan itu merasuk menyapa jiwa. Inilah nilai – nilai kearifan lokal ( peradaban pertanian jawa ) yang sering terlewatkan dalam benak masyarakat Indonesia.related pos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar