Minggu, 09 November 2014

aqiqah di surakarta



-                   Rasa khas Solo
            Masakan yang kami hasilkan memiliki rasa khas Warung Makan Thengkleng Jito Dlidir ( Kadipiro, Solo ),    yang sudah berdiri (kira-kira) sejak tahun 2005 kemarin. Jadi, pasien  Anda  tidak perlu  khawatir  tentang  rasa   masakan aqiqah  yang  akan dibagi -bagikan kepada tetangga ,teman dekat pasien Anda dan panti asuhan, insyaAllah.
            Salah  satu masakan yang kami buat adalah  tengkleng.  Tengkleng adalah sejenis gulai   encer    yang   berisi   tulang - tulang   kambing  dari  seluruh  bagian    tubuhnya, khususnya bagian kepala.   Alkisah,  Tengkleng ini dulunya  adalah “Soup for the Poor”. Pada jaman  dulu,  hanya toean dan noni Belanda yang bisa makan gulai daging dengan kuah kental.   Sementara kaum kuli dan rakyat jelata hanya bisa melihat mereka makan. Sisa-sisa bagian kambing selain daging,  yaitu tulang-belulang dan jeroan,  dibuang oleh para orang  kaya.   Dan  para  kuli  mengambil sisa-sisa tulang tersebut lalu merebusnya dengan  kuah  encer  yang  minimalis.   Bertahun-tahun  kemudian,   tengkleng  menjadi semakin  terkenal   dan   justru  meluas   jadi    makanan   seluruh   lapisan   masyarakat. Sampai sekarang Tengkleng menjadi masakan tradisi khas Solo ( warisan kuliner Solo )  yang disajikan di berbagai kalangan.
                 Kambing  kami  juga  berasal  dari  petani  lokal  seperti  wonogiri,   klaten,   sragen boyolali,   karanganyar dan sukoharjo. Bagi mereka bertani dan beternak kambing tidak sekedar menggarap lahan,   memberi  pakan lalu  mengambil  hasilnya,   namun sebuah rangkaian   komperehensif   segala   bidang yang tersinergikan dalam kegiatan beternak dan bercocok tanam.   Rangkaian itu terdiri dari komponen etos kerja,  hubungan sosial, seni mengelola lingkungan, tanggung-jawab, kesabaran, hingga spiritualitas. Ini adalah kemewahan cara hidup  - melihat kehidupan -  dan menjalani kehidupan. Bagai lukisan, kemewahan   bukan terletak   pada   warna   tinta,   tapi bagaimana torehan itu merasuk menyapa jiwa.  Inilah  nilai – nilai   kearifan  lokal  ( peradaban pertanian jawa )  yang  sering  terlewatkan  dalam  benak  masyarakat  Indonesia.

related pos 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar